Home » » BUDIDAYA KARET Jimmy Hantu

BUDIDAYA KARET Jimmy Hantu


Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
a.1. Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
a.2. Tanah
- Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah  15%.
- pH tanah antara 4,3 – 5,0.
- Drainase tanah sedang.
c.  Persiapan Lahan
c.1. Pembukaan Lahan
Penyiapan lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Secara Mekanis
-  Bersihkan tanaman dan gulma yang terdapat di areal lahan penanaman. 
2.  Secara Kimiawi
*).  Peracunan
- Peracunan tunggul dapat dilakukan antara lain dengan penyemprotan herbisida.
d.  Penanaman
d.1 Persiapan Penanaman
Setelah lahan siap ditanami, langkah selanjutnya adalah persiapan tanam dengan tahapan sebagai berikut :
1).  Mengajir
- Untuk  jarak tanam karet yang direkomendasikan adalah 6 m x 3 m.
d.2 Pembuatan Lubang Tanam
1) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan minimal 2 minggu sebelum penanaman.
2) Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cangkul tanah. Tanah bagian bawah dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas.
3) Pemberian pupuk dasar yaitu pupuk kandang 3-5 kg/lubang.
d.3 Penanaman
i).  Waktu
Penanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut merupakan awal yang baik untuk memulai penanaman dan harus selesai sebelum musim kemarau.
ii).  Pelaksanaan Tanam
Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu.
- Sebelum dilakukan penanaman bibit karet bagian akar direndam terkebih dahulu dengan karutan ZPT Hantu 5cc/ltr.
- Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
- Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah dan selanjutnya dengan tanah bagian atas. Selanjutnya, tanah dipadatkan secarabertahap sehingga timbunan menjadi padat, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
- Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah  yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai daribagian pinggir ke arah tengah.
d.4 Penyulaman
- Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman. Dengan tujuan mengganti tanaman yang rusak agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang seimbang.
e.  Pemeliharaan Tanaman
e.1 Pembuangan Tunas Palsu
- Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil.
- Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas palsu ini akan mempertahankan kemurnian tanaman.
e.2 Pembuangan Tunas Cabang
- Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah.
- Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar dipotong, dan dapat akan merusak batang.
e.3 Perangsangan Percabangan
- Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari kerusakan oleh angin.
- Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan, sedangkan pada klon yang baik pembentukan percabangan, percabangan mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan.
- Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang.
e.4 Pemupukan
i).  Dosis pemupukan
1)  Pemupukan pada masa TBM kurang dari 1 tahun
- Aplikasi pupuk ZPT Hantu dengan dosis 4 cc/ltr. Aplikasi dilakukan pada bulan pertama 10 hari sekali dan bulan selanjutnya 30 hari sekali.
3)  Pemupukan pada masa TBM (3-5 tahun)
- Aplikasi pupuk ZPT Hantu dan NPK Hantu JAGO TANI dengan dosis 4 cc/ltr. Aplikasikan 30 hari sekali. 
4)  Pemupukan pada masa TM 
- Aplikasi pupuk ZPT Hantu dan NPK Hantu JAGO TANI dengan dosis 6 cc/ltr. Aplikasikan 30 hari sekali.  Dan dapat juga diaplikasikan dengan kocor dosis 5-10 cc/pohon.
e.5 Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
i).  Penyakit
1.  Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)
Gejala Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas.Gejala serangan yang tampak adalah daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadiberwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugurkemudian diikuti kematian tanaman.
  Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun sebaiknya ditanami tanaman antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas. Sebagai pencegahan serangan penyakit jamur tersebut.
2.  Penyakit Bidang Sadap
2.1.  Mouldy Rot
Penyebab Jamur Ceratocystis fimbriata,Gejala Serangan
  Mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap didekat alur sadap. Selaput ini berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap.
  Apabila lapisan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman.
  Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu.
  Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecokelatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit.
  Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi di sadap.
Pengendalian
  Menurunkan intensitas penyadapan atau menghentikan penyadapan pada serangan berat.
  Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih.
  Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm di atas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum dilepas. Interval pengolesan 1-2 minggu.
Gejala Serangan
-  Tanaman tampak sehat dan pertumbuhan tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal.
-  Tidak keluar latek di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak me-ngeluarkan lateks.
-  Lateks menjadi encer dan Kadar Karet Kering (K3) berkurang.
-  Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya.
-  Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi cokelat dan kadang-kadang terbentuk gum.
-  Pada gejala lanjut seluruh panel / kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas.
Deteksi penyakit
-  Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah, apabila tidak keluar cairan latek berari sudah terserang.
Gejala serangan
-  Segera dilakukan pengendalian bila sebagian alur sadap mengalami kekeringan.
-  waspadai apabila lateks mulai encer.
Pengendalian
-  Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjuk-kan kekeringan alur sadap.
-  Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun.
-  Setelah beberapa bulan kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali, sebagai waktu penyembuhan.
-  Melakukan pemupukan yang teratur dan seimbang.
3.  Jamur Upas
Penyebab jamur Corticium salmonicolor.
Gejala Serangan
-  Stadium sarang laba-laba pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba.
-  Stadium bongkol Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring labalaba.
-  Stadium kortisiumJamur membentuk selimut yaitu kumpulan benangbenang jamur berwarna merah muda,  Jamur telah masuk ke jaringan kayu.
-  Stadium nekator Jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bagian terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah.
Pengendalian
-  Menanam klon yang tahan.
-  Jarak tanam tidak terlalu rapat.
-  Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan.
-  Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles dengan hingga 30 cm ke atas dan ke bawah bagian yang terserang.
-  Fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks.
-  Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas sampai bagian kulit  sehat kemudian dioles fungisida  hingga 30 cm ke atas dan ke bawah dari bagian yang sakit.
ii).  Hama
1.  Babi hutan (Sus barbatus, Sus scrofa vittatus)
Gejala Serangan
-  Tanaman muda tiba-tiba tumbang.
-  Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kuning.
Pengendalian
-  Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap.
-  Memberi pagar di sekitar areal kebun
-  Membuat parit di sekitar areal kebun
-  Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi.
-  Pemberian umpan beracun.
iii).  Gulma
Jenis gulma yang dominan pada perkebunan karet, antara lain :
Adapun cara pengendalian sebagai berikut :
a.  Pengendalian Mekanis
Cara mekanis dilakukan dengan menggunakan cangkul, kored atau parang.
b.  Pengendalian Kimia
Cara kimia dilaksanakan dengan menyemprotkan herbisida, sehingga dalam pelaksanannya dapat cepat, sedikit menggunakan tenaga kerja serta tidak merusak tanaman dan sifat fisik tanah. Selain itu, gulma yang telah mati dan membusuk dapat menambah unsur hara dalam tanah.
-  Jenis
Ada 3 jenis herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma yaitu  pratumbuh, sistemik dan non-sistemik/kontak.
-  Dosis
Dosis herbisida untuk pengendalian gulma di sesuaikan dengan aturan pakai yang tertera.

III. PANEN
a. Menentukan Matang Sadap
a.1 Matang Sadap Pohon
Kriteria :
-  Umur tanaman
Tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun.
-  Pengukuran lilit batang
Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudahmencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggianbatang 100 cm dari pertautan okulasi untuk tanaman okulasi.
b.  Persiapan Buka Sadap
b.1 Penggambaran Bidang Sadap
-  Tinggi bukan sadap
Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas yang relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi bukaan sadap pada tanaman okulasi adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
-  Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300  – 400  terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 450.
-  Panjang irisan sadap
Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau lingkaran batang).
-  Letak bidang sadap
Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakanpenyadap waktu menyadap.
b.2 Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah.Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon.
c.  Pelaksanaan penyadapan
c.1 Kedalaman irisan sadap
Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25  – 30 tahun.  Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium.
c.2 Ketebalan irisan sadap
Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5 mm  – 2 mmsetiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25 – 30 tahun.

c.3 Frekuensi penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya.
c.4 Waktu penyadapan
Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.
IV. PENANGANAN PASCA PANEN
Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratan teknis yang harus diikuti yaitu :
• Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
• Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
• Segera digiling dalam keadaan segar.
• Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam.



0 comments:

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan komentar anda

Bank Transfer


No Rek : 0660-703-471
A/N : Heli Mulyaningsih



No Rek :0139-01000-902-560
A/N : Heli Mulyaningsih


Followers